Senin, 30 Januari 2012

Kenangan Dalam Pendakian

Mendaki gunung, menempuh rimba, semakin terasa dalam saat membawa kenangan pendakian itu menuju turun dan pulang kembali ke rumah. Banyak kita jumpai para petualang pendaki gunung, carriernya penuh dengan barang - barang milik alam, dengan maksud sebagai kenangan tentu saja, bahwa dia pernah menapaki gunung tersebut. Tak ada yang salah memang, selama itu demi kebaikan dan juga berimbas baik buat alam yang kita kunjungi.


Contoh, semisal kita menuju Gunung Argopuro , kita bisa membawa pulang bulu Merak yang banyak tersebar, tetapi jangan mencabut dari Merak yang masih hidup. Kasihan. Atau paling tidak, kita bisa membawa pulang batu - batuan, seperti di Merapi, yakni batuan kapur di atas Pasar Bubrah atau di Welirang, kita bisa mengambil batu - batuan belerangnya. Asalkan jangan membawa pulang batu - batuan ber truk - truk! Tetapi, yang lebih bijak adalah kita bisa mengambil kenangan saat berada di tengah gunung, yakni ambillah foto!

Jangan ambil apapun kecuali gambar, jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki dan jangan bunuh apapun kecuali waktu.

Membuat pilu tatkala tas ransel pendaki banyak terisi bunga Edelweis! Yang alasannya untuk kenangan bahwa pernah sampai puncak gunung tersebut. Itulah yang namanya merusak dan sejatinya bukan pecinta alam seperti yang di jadikan nama organisasinya dan di sandangnya dalam pendakian gunung.

Sebaiknya tak perlu kita turun membawa barang milik alam. Tinggalkan kenangan baik bagi alam dan pecintanya. Bahwa kita manusia yang peduli dan juga mencintai alam setulus dan sepenuh hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar